Memaafkan Setulus Hati

Assalamu'alaikum wr.wb

   Apa yang sulit dalam diri ini ?  
" MEMAAFKAN  ".
Iya memaafkan bagi sebagian orang itu dirasa sulit. Dan apa yang paling mudah dalam diri ini  ? " MENYAKITI ".
Sadar atau tidak bahwa diri ini sering kali menyakiti orang lain tanpa kita ketahui loh.
Salah satu contoh nya begini, niat hati kita bercanda berbicara pada orang lain yang menurut hati kita itu lucu, padahal tanpa melihat perasaan lawan bicara kita bahwa sesungguhnya ia begitu tersinggung dengan perkataan kita.
Tapi karena kita merasa bahwa perkataan kita itu hanyalah candaan " sepele " kita santai saja tanpa merasa bersalah dengan perkataan itu, sehingga kita tak meminta maaf.
       Lalu bagaimana dengan lawan bicara yang tadi diajak bercanda itu, mudahkah bagi nya memaafkan tanpa diminta maafnya ?.
       Atau masih banyak yang tanpa disadari baik dari perkataan atau perilaku yang sering menyakiti orang lain.

------------------------

         Berbicara soal memaafkan, mungkin mudah saja bagi diri ini memaafkan kesalahan orang lain.
      Tapi bagaimana jika orang tersebut nyaris tiap hari selalu menyakiti hati ini. Dan dengan tanpa bersalahnya orang tersebut tak pernah meminta maaf walau hanya sekali pun.
        Pernah pada suatu hari aku merasa benar-benar disakiti, bukan oleh seorang pria melainkan oleh kerabat dekat yang pada saat itu bisa dibilang dekat.
       Bukan hanya sekali ia melakukannya, nyaris setiap saat mungkin, tapi ku mencoba untuk bersabar.
Ketika hati ini sedang tenang ku mencoba memaafkan nya bahkan ku berdoa agar ia segera tersadar akan perilakunya tersebut.
     Namun bagaimana jika hati ini sedang moody ? Percaya ? Bawaan nya boro-boro bisa tenang melihat perilaku nya itu, yang ada ku ingin memarahinya, meluapkan bahwa ku sungguh kesal dibuatnya.
       Pikirku wajar jika ku kembali marah pada nya, kesabaran seseorang ada batas nya.
Tapi setelah ku berpikir seperti itu aku kembali tersadarkan dengan berbagai hal.
Pertama, usia ku dengan nya terpaut beda 8 tahun, mungkin akan tidak sopan bagiku jika memarahinya, karena hingga saat ini aku mencoba untuk menghormati yang lebih tua dariku. Iya boleh saja mungkin orang tersebut bersikap seenaknya padaku karena menganggap aku lebih muda darinya.
Kedua, aku mencoba memahami karakter nya, mungkin saja ia sendiri sulit untuk merubah karakternya tersebut.
Ketiga, aku teringat kisah baginda nabi Muhamad saw. Dari sekian banyak orang yang mendzalimi, tetapi baginda nabi selalu bersabar dan memaafkan.
       Setelah teringat itu aku sendiri malu, pikirku, aku hanya seorang manusia yang tak ada apa-apa nya, Allah swt aja maha pengampun masa aku tidak memaafkannya yang sama-sama terlahir sebagai manusia yang tak sempurna ( karena kesempurnaan hanya milik Allah swt ).
         Aku kembali untuk bersabar. Seraya memohon ampun kepada Allah swt, dan meminta kekuatan pada Allah untuk menjalankannya. Mencoba belajar menjadi orang yang selalu memaafkan.
 
       Dan di dalam surah Al A'raf   Allah SWT berfirman:

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ  بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجٰهِلِيْنَ
khuzil-'afwa wa`mur bil-'urfi wa a'ridh 'anil-jaahiliin

"Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh."
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 199)

          Lalu dalam surah Al baqarah Allah SWT berfirman:

قَوْلٌ مَّعْرُوْفٌ وَّمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِّنْ صَدَقَةٍ  يَّتْبَعُهَاۤ اَذًى ۗ  وَاللّٰهُ غَنِيٌّ حَلِيْمٌ
qoulum ma'ruufuw wa maghfirotun khoirum min shodaqotiy yatba'uhaaa azaa, wallohu ghoniyyun haliim

"Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti. Allah Maha Kaya, Maha Penyantun."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 263)

        Dalam surah An Nisa Allah SWT berfirman:

اِنْ تُبْدُوْا خَيْرًا اَوْ تُخْفُوْهُ اَوْ تَعْفُوْا  عَنْ سُوْٓءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَفُوًّا قَدِيْرًا
in tubduu khoiron au tukhfuuhu au ta'fuu 'an suuu`in fa innalloha kaana 'afuwwang qodiiroo

"Jika kamu menyatakan sesuatu kebajikan, menyembunyikannya, atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sungguh, Allah Maha Pemaaf, Maha Kuasa."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 149)

MEMAAFKAN adalah amalan yang sangat mulia ketika seseorang mampu bersabar terhadap gangguan yang ditimpakan orang kepadanya serta memaafkan kesalahan orang padahal ia mampu untuk membalasnya. Gangguan itu bermacam-macam bentuknya. Adakalanya berupa cercaan, pukulan, perampasan hak, dan semisalnya. Memang sebuah kewajaran bila seseorang menuntut haknya dan membalas orang yang menyakitinya. Dan dibolehkan seseorang membalas kejelekan orang lain dengan yang semisalnya. Namun alangkah mulia dan baik akibatnya bila dia memaafkannya.
Karena Allah SWT berfirman:

وَجَزٰٓؤُا سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا ۚ   فَمَنْ عَفَا وَاَصْلَحَ فَاَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِ ۗ  اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَ
wa jazaaa`u sayyi`atin sayyi`atum misluhaa, fa man 'afaa wa ashlaha fa ajruhuu 'alalloh, innahuu laa yuhibbuzh-zhoolimiin

"Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barang siapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang zalim."
(QS. Asy-Syura 42: Ayat 40)

     Memaafkan kesalahan orang dianggap sebagai sikap lemah dan bentuk kehinaan, padahal justru sebaliknya. Bila orang membalas kejahatan yang dilakukan seseorang kepadanya, maka sejatinya di mata manusia tidak ada keutamaannya. Tapi di kala dia memaafkan padahal mampu untuk membalasnya, maka dia mulia di hadapan Allah  dan manusia.

     Karena memaafkan kesalahan orang lain akan mendapatkan kedudukan yang mulia.
Suatu hal yang telah diketahui bahwa orang yang memaafkan kesalahan orang lain, disamping tinggi kedudukannya di sisi Allah, ia juga mulia di mata manusia. Demikian pula ia akan mendapat pembelaan dari orang lain atas lawannya, dan tidak sedikit musuhnya berubah menjadi kawan. Nabi  bersabda:

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللهُ

“Shadaqah –hakikatnya– tidaklah mengurangi harta, dan tidaklah Allah  menambah seorang hamba karena memaafkan kecuali kemuliaan, dan tiada seorang yang rendah hati (tawadhu’) karena Allah  melainkan diangkat oleh Allah .” (HR. Muslim dari Abu Hurairah z)

Jadi mari mulailah belajar untuk membersihkan hati kita agar selalu mampu memaafkan.

Wassalamu'alaikum wr.wb

Comments

Popular Posts